Kamis, 04 Juni 2009

Aaargghh,,,tidak!

Ketika membaca artikel ini, aku merasa tertohok. Jangan-jangan selama ini sadar atau tidak aku telah melakukan tebar pesona. Astagfirulloh.
Sengaja menebarkan fitnah untuk diriku sendiri, padahal dengan tulisan itu orang lain juga akan memberikan penilaian bagi diriku dan menjadi fitnah untuk agamaku. Ya Allah… begitu halusnya… hingga kita tak menyadarinya. Jangan-jangan saya dan kita mungkin sudah terjebak dalam permainan setan ini?! lambat laun karena tidak sadar, akhirnya kita telah jadi korban.. Ya Alloh, ampuni dosaku.

-pkbik-

Selasa, 02 Juni 2009

Dua Puluh Satu Kali!

Bismillah, ini sebuah kisah yang mungkin bisa menjadi penyemangat saat ini. Semoga bermanfaat...

baitijannati. “Dua puluh satu kali, Mbak?” mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya. “Itu selama berapa tahun, Mbak?” Aku bertanya lebih lanjut.

“Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!” sambutnya gi, ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan taupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita.

“Mbak… ehmm, maaf, tidak patah arang… sekian kali gagal?” Takut takut aku kembali bertanya dengan nada irih. Khawatir menyinggung perasaannya. Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu.

“Kalau sedih, kecewa, terluka… pasti pernah lah ada saat-saat seperti itu. Trauma…. sebenarnya pernah juga.
Nyaris putus asa juga pernah. Namun alhamdulillah tidak berlarut-larut.”

Mata itu berbinar-binar, seakan turut bicara.

“Justru, kini saya merasa lebih dewasa, lebih matang dengan semua kegagalan itu. Banyak sekali pelajaran yang bsia diambil dari tiap kegagalan itu. Saya menjadi lebih bisa mengerti berbagai karakter manusia. Saya dapat lebih menghayati realitas dan kuasa Allah atas hidup kita. Dan pasti jadi lebih banyak pengalaman… setidaknya pengalaman proses menuju nikah hingga 21 kali..hahaha,” dia tertawa lepas. Renyah. Manis sekali.

Perempuan itu, kini sudah 30 tahun lewat usianya. Sebuah usia yang tak lagi remaja memang. Sebuah usia yang sangat wajar dan pantas jika ia resah karena jodoh tak kunjung tiba. Namun ia tak nampak panik atau gelisah. Bisa jadi ia memang pandai menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya. Namun saya lebih percaya ketenangannya tumbuh karena kematangan dan keimanan.

Gadis ini dapat dikatakan sederhana. Dengan penampilan sederhana pula. Aktifitasnya pun bersahaja walaupun dulunya dia termasuk aktifis tingkat tinggi. Sehari-hari ia bekerja sebagai staf pengajar di sebuah lembaga pendidikan. Aktifitasnya yang lain adalah mengajar TPA, mengikuti pengajian rutin maupun berbagai pengajian umum yang banyak diselenggarakan oleh berbagai lembaga di berbagai lokasi di Jakarta.

Selebihnya ia lebih banyak di rumah. Membaca buku dan membantu mengurus pekerjaan rumah tangga karena Ibunya tidak memiliki pembantu. “Proses pertama saya jalani ketika saya baru menyelesaikan kuliah saya. 22 tahun usia saya ketika itu. Waktu itu tentu saja saya tidak sebersahaja sekarang.” Dia mulai bercerita. Saya menunggu.

“Saya masih ingat sekali. Waktu itu saya mengajukan berbagai kriteria. Saya ingin calon suami yang sarjana, pekerjaan mapan, aktifis dakwah atau minimal memiliki pemahaman agama yang bagus, dari keluarga baik-baik, dan sama-sama orang jawa seperti saya. Sebuah kriteria yang saya rasakan konyol sekarang, namun dulu saya pikir itu wajar. Muslimah mana yang tidak memiliki idealisme seperti itu?”

Ia melanjutkan ceritanya…

“Ada beberapa orang yang ditawarkan oleh guru ngaji maupun oleh orang tua. Ada juga yang datang sendiri. Tetapi semua saya tolak. Saya pikir waktu itu saya masih muda. Saya isa mengisi maa muda saya dengan berbagai aktifitas positif sambil terus menunggu seseorang yang mendekati kriteria yang saya inginkan. Maka saya pun mulai memperbanyak aktifitas. Mengambil banyak kursus, mengikuti bebagai pelatihan dan aktif di beberapa komunitas sosial kemasyarakatan.”

“Usia saya menjelang 25 tahun ketika saya menemukan seseorang dengan kriteria seperti yang saya inginkan. Awalnya proses kami lancar-lancar saja. Orang tuanya bahkan sudah datang mengkhitbah ke rumah. Bahkan kita sudah akan menentukan tanggal pernikahan. Tapi oleh alasan yang sepele, tiba-tiba orang tuanya membatalkan khitbah. Sungguh saya shock waktu itu. Saya tak habis mengerti, apa yang salah dengan saya, dengan dia dan dengan proses kami?”

“Cukup lama saya tenggelam dalam kesedihan. Beberapa waktu kemudian sebenarnya banyak lagi yang mengajukan tawaran. Tapi saya selalu membandingkan dengan mantan calon suami saya. Saya menggunakan parameter dia untuk menilai setiap orang yang datang pada saya. Meskipun saya tidak pernah menolak lagi orang-orang yang datang kemudian itu, tapi entah mengapa proses selalu berakhir dengan kegagalan. Saya tak lagi menghitung, itu sudah yang keberapa kali. Akhirnya saya kembali menenggelamkan diri dalam aktifitas sosial dan organisasi. Saya aktif di partai. Dan saya sempat tak lagi memedulikan masalah menikah.”

“Usia saya sudah lewat dua puluh tujuh. Justru orang-orang lain yang mulai ribut. Orang tua terutama. Kemudian kaum kerabat. Juga teman-teman saya. Merekalah yang kemudian menawarkan dan mencomblangi. Saat itu saya mulai belajar dari pengalaman. Saya tak lagi terlalu idealis. Saya menyerahkan saja kepada para perantara saya itu. Saat mereka meminta biodata, maka saya berikan biodata saya. Saya netral saja. Kalau diterima ya syukur, tidak diterima ya sudah. Dan ternyata nyaris semua tidak diterima. Alasannya macam-macam. Kebanyakan bahkan saya tak sampai ketemu mereka, sudah ditolak duluan. Saya sudah tak menghitung lagi berapa banyak biodata yang saya buat. Rata-rata tidak kembali.”

“Usia saya sudah lewat dua puluh delapan tahun saat saya menyadari bahwa saya harus mulai proaktif. Saya tak lagi menyerahkan begitu saja pada nasib atau teman-teman. Saya harus mulai mencari sendiri juga. Tentu saja tetap dengan cara-cara yang ahsan.”

“Pada usia ke-29 saya menemukan seseorang lagi. Dia sholeh. Sederhana. Jauh dari kriteria ideal saya, tapi saya merasa tenteram dengan menerimanya. Proses kami pun sederhana. Semuanya lancar. Tapi…Allah berkehendak lain. Calon saya meninggal dalam sebuah kecelakaan.”

Sampai disini si Mbak menghentikan ceritanya sejenak. Mengambil napas panjang dan menyusut sudut mata. Aku turut terenyuh mendengarnya. Saat itu baru kulihat kabut selintas menghiasi wajahnya.

“…Semua sudah berlalu sekarang. Sudah nyaris dua tahun lalu. Saya mencoba bangkit lagi. Setahun terakhir, lima proses saya jalani. Menambah 16 proses sebelumnya yang tak semuanya saya ingat lagi. Lima proses itu saya jalani dengan lebih pasrah. Lebih lapang dada. Saya menghargai mereka masing-masing. Saya tidak membanding-bandingkan. Saya tak lagi menggebu, tak lagi sangat idealis…. tapi juga tak membuat saya membabi buta, menerima siapa saja seperti membeli kucing dalam karung.”

“Satu orang gagal sebelum biodata saya sampai kepadanya. Dia sudah lebih dulu menerima orang lain. Orang kedua, pemuda yang biasa-biasa saja, tak mau menerima syarat saya untuk belajar ngaji pada teman saya sesama laki-laki. Dia memaksa belajar pada saya dan mendesak agar saya jadi pacarnya dulu. Orang ketiga, menolak karena orang tuanya tidak mau menerima orang yang tidak sesuku dan dia ingin menuruti kehendak orang tuanya. Orang keempat, teman saya sendiri, mengatakan kalau dia belum siap meski tidak menolak. Orang kelima berubah pikiran di tengah proses. Tadinya dia tidak mempermasalahkan usia saya yang lebih tua, tetapi kemudian dia mengatakan kepada perantara saya ingin mencari yang usianya lebih muda.”

“Pengalaman-pengalaman yang saya jalani selama ini telah memberi banyak sekali pelajaran dalam hidup saya. Satu, bahwa hidup tak selalu berjalan seperti yang kita inginkan.
Dua, bahwa pengalaman adalah benar-benar guru yang sangat berharga. Tiga, bahwa setiap orang benar-benar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan mereka semua layak untuk mendapat penghargaan sebagai seorang manusia. Empat, jika saya tak dapat memperoleh apa yang saya cintai, maka lebih baik saya mencintai apa yang saya telah saya peroleh dan memiliki. Lima, dan banyak lagi. Intinya, jika memang bukan jodoh, bahkan hal-hal kecil pun dapat menjadi penghalang dan penyebab gagalnya perjodohan.”

“Kini saya merasa lebih pasrah dan arif menyikapi hidup. Tak ada yang salah, tak ada yang ribet. Hanya waktu yang belum tiba pada masanya. Hanya puzzle yang belum menemukan pasangannya. Semua masih biasa saja.”

Si Mbak mengakhiri ceritanya. Tersenyum tulus kepadaku. Aku menyambutnya. Dan kami tenggelam dalam dekap haru. Pelukan persaudaraan. (www.baitijannati.wordpress.com)

oleh : Azimah Rahayu
azi_75@yahoo.com

sumber : http://baitijannati.wordpress.com/2007/04/08/dua-puluh-satu-kali/

Minggu, 31 Mei 2009

Skripsi, skripsi, dan skripsi.

Sudah mulai count down deadline penyerahan skripsi. pusing...

Jumat, 22 Mei 2009

Cepat Vs Pelan (yang ga gw banget)

1. Jalan Pelan
Entah kenapa rasanya ga bisa jalan pelan-pelan, sampai-sampai beberapa teman ga mau ngajak jalan coz katanya selalu ditinggal. Paling ga suka juga jalan rame-rame coz pasti "macet" disana sini, baru jalan dua,tiga langkah, pasti pada berenti ngobrolin apa gitu. So, kalo jalan ma saya rame-rame, saya duluan aja ya, ntar ketemu dimana bilang aja. Hehe...

2. Makan cepat-cepat
Buat saya aktifitas makan memakan itu harus benar-benar dinikmati. Kalo makan tergesa-gesa atau dalam tekanan, udah deh makannya ntar aja. Tapi dulu, dian sering makan sambil baca buku, makanya sering dimarahi bapak.

3. Ngomong pelan
Beberapa teman kalo ngomong ma dian kadang-kadang menyarankan untuk tarik napas dulu. tetetetetet...katanya ngomongnya cepat banget. Tapi gimana ya cara mengurangi kecepatan ini. hmm,,,waktunya dibikin lebih lama?

4. Berpikir cepat
Ngerasa sering telmi. Kadang-kadang kalo ada yang cerita, teman-teman yang lain udah ketawa dian hanya bengong ntar kalo yang lain udah selesai ketawanya, dian baru nyadar dan ketawa. Aneh tapi nyata...

5. Ngerjain tugas cepat
Dian sering bilang ke teman-teman satu departemen dian, "tenang aja, kalo masih ada Dian, kalian ga bakal jadi orang yang terakhir ngumpulin tugas", hehe,,,tapi biasanya sih teman-teman ga percaya.

Segitu dulu kali ya,ntar kapan-kapan dan kalo lagi mood dilanjutin lagi.

Rabu, 20 Mei 2009

Oh, Inikah Rasanya

Pernahkah Anda merasa sangat dibenci seseorang? Kira-kira berapa orang yang sangat membenci Anda? Satu, dua, tiga, atau susah untuk menghitungnya? Hmm,,,jangan putus asa kawan. Ketika ada seseorang membenci Anda, terasa begitu membenci Anda. Sampai-sampai mendengar nama Anda pun mereka mungkin langsung muntah. Jangan sedih kawan. Karena ketika ada seseorang sangat membenci Anda sebenarnya dia adalah orang yang sangat mengerti Anda, seseorang yang sangat mengetahui kelebihan dan titik terlemah Anda. Orang yang seperti mereka itulah yang perlu Anda sayangi. Mereka adalah kunci kesuksesan Anda. Karena ketika seseorang membenci kita, pasti ada hal mendasar yang membuat dia begitu membenci kita. Hal mendasar itulah yang mungkin saja adalah kelemahan mendasar kita yang "memaksa" kita untuk melakukan introspeksi diri. Walaupun mungkin tidak bisa membuat mereka menyukai kita lagi, tapi setidaknya kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dikemudian hari.

Akhirnya, Aku harus mengakui Aku sangat menyayangi orang yang membenciku.

jazakalloh khairan katsir buat seorang teman. Adakalanya segala sesuatu memang tidak harus dilihat dari sudut pandang negatif. Terima kasih, Kawan. (^_^)

Selasa, 19 Mei 2009

Tujuan Hidup, Pentingkah?

Apa tujuan hidup Saya? Apa tujuan hidup Anda? pertanyaan itu terkadang sering saya lontarkan kepada teman-teman saya. Tujuan hidup merupakan hal yang sangat penting, yang mendasari setiap langkah dan gerak gerik kita. Ketika kita mengetahui secara pasti apa yang menjadi tujuan hidup dan hal yang ingin kita capai didunia ini, maka apapun dan dimanapun kita, setiap gerak gerik akan sadar atau tidak sadar menggiring kita untuk meraih itu. Seberapa dalam pun kita terjatuh, kita akan berusaha bangkit untuk meraih tujuan hidup tersebut.


Bagaimana dengan seorang muslim? apa yang menjadi tujuan hidup mereka? Dalam surat Adz-dzariyat: 56, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” [Adz-Dzariyat : 56]. Tidak lain dan tidak bukan puncak tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Alloh semata.


Tujuan hidup saya (terkadang saya menyebutnya dengan visi hidup) adalah beribadah kepada Alloh, membahagiakan kedua orang tua, serta berusaha berbuat baik kepada sesama. Klise mungkin tapi bagi saya, mempunyai tujuan hidup merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Ketika kita merasa sangat “down”, tujuan hidupmu akan membuatmu kembali bersemangat menjalani hari-harimu. Ketika merasa sangat bahagia pun tujuan hidupmu akan mendorongmu untuk selalu bersyukur terhadap apa yang kamu telah peroleh.


Lalu bagaimana dengan kamu, apa tujuan hidupmu?


Senin, 18 Mei 2009

Facebook Diblockir

Sejak hari Jumat pekan kemarin facebook di FKM atau mungkin juga diseluruh UI di blockir. Facebook hanya bisa diakses sebelum Pukul 08:oo, 12:00-13:00, dan setelah pukul 16:00. Keberadaan Facebook memang menimbulkan ketergantungan (addicted) bagi penggunanya. Hal ini juga terjadi pada sebagian besar mahasiswa dan mungkin dosen di kampus saya. Waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk mengupdate status, chat dengan teman, dll daripada melakukan sesuatu yang lebih produktif (termasuk saya sendiri hehe...).

Facebook sendiri buat saya merupakan tools yang lumayan berguna untuk bersosialisasi. Yah, sebagai orang yang cenderung menyendiri, terkadang saya merasa kesulitan bersosialisasi dengan orang lain. Dengan adanya facebook saya bisa mengetahui apa yang sedang teman-teman lakukan, apa yang mereka rasakan (jatuh cinta, marah, gembira, dll), dan bisa berkomunikasi dengan mereka melalui fasilitas chatnya. Selain itu, saya bisa menemukan beberapa teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak terdengar kabarnya, berkenalan dengan orang-orang baru, dan membuka komunikasi kembali dengan orang-orang yang sebelumnya hanya kenal nama saja tapi jarang bertukar sapa. Dengan facebook juga, saya bisa berbagi cerita dengan orang lain dan mereka pun bisa memberi komentar terkait dengan apa yang kita tuliskan.

Terlepas baik dan buruknya keberadaan facebook, kita harus bisa memilih dan memilah mana yang lebih baik serta bisa memaksimalkannya untuk meningkatkan produktivitas.

Selasa, 12 Mei 2009

Don't Give Up, You Are Loved


Terkadang kehilangan perhatian dari seseorang membuat kita sangat putus asa. Rasanya seperti tidak berguna dan dipenuhi rasa bersalah. Terkadang juga merasa sangat “down”. Tapi melihat orang-orang lain yang berada disekitar kita, entah itu keluarga, sahabat, teman, dan orang lain yang entah kenal atau pun tidak begitu bersemangat dan selalu memberikan motivasi, semangat itu rasanya muncul kembali. Yah begitulah, terkadang kita memang lupa kita mendapat cinta yang lain dari orang-orang sekitar kita yang membuat kita merasa begitu berarti dan berharga. Rasanya nyaman sekali setiap pagi mendengar adik-adikku berpamitan untuk berangkat sekolah kepadaku (walaupun hanya lewat telepon). Mamak dan bapak yang selalu bisa membuatku tertawa kembali bagaimanapun susahnya aku (terima kasih, hanya Alloh yang bisa membalas kebaikan kalian). Mbak Popy yang selalu bisa membuatku tersenyum. Pak Adit yang setiap hari nyanyi “dian,dian, dian, kalo gede mau jadi apa, tapi sayangnya dian ga gede-gede”. Kak Ardi yang selalu ada dan bersedia jadi “tempat sampah” keluhan-keluhanku yang ga penting. Kak Sila yang selalu memanggilku “Sayang, Honey, Cinta” dan selalu mengatakan “i love u” kepadaku (i love u too, Kak). Kak Eli yang selalu menyemangati untuk terus tegar. Kak Zaenal yang kadang memanggilku “Dinda”, walaupun jengah mendengarnya tapi kadang-kadang mengharukan (halaah). Hendra (kembarannya Cipto walaupun beda 2 tahun) yang selalu ngomentarin facebookku. Cipto teman berantem yang nyebelin (hehe…tidak ada kata menyerah!!!). Haizan yang selalu ngomongin nikah (tapi selalu masih dalam tahap konsep). Semua orang yang selalu mendukungku dan selalu menyemangatiku. Hanya Alloh yang mampu membalas kebaikan kalian. I Love u all.

Kamis, 02 April 2009

Agar Anda Bahagia dengan Suami Anda

Bagaimana cara menyenangkan suami anda, sehingga andapun berbahagia karenanya?

Berikut ini adalah 37 (tigapuluh tujuh) poin yang bisa anda lakukan selaku seorang istri, sehingga suami anda berbahagia.

  1. Jangan membiarkan suami anda memandang dalam keadaan anda tidak menggembirakannya. Wanita yang paling baik adalah wanita yang selalu membuat suaminya bahagia.
  2. Hendaklah senyum itu senatiasa menghiasi bibirmu setiap anda dipandang oleh sang suami
  3. Perbanyaklah mencari keridhan suami dengan mentaatinya, sejauh mana ketaatan anda kepada suami, sejauh itu pulalah dia merasakan cintamu kepadanya dan dia akan segera menuju keridhaanmu.
  4. Pilihlah waktu yang tepat untuk meluruskan kesalahan suami.
  5. Jadilah anda orang yang lapang dada, janganlah sekali-kali menyebut-nyebut kekurangan suami anda kepada orang lain.
  6. Perbaikilah kesalahan suami dengan segala kemampuan dan kecintaan yang anda miliki, janganlah berusaha melukai perasaannya.
  7. Janganlah memuji-muji laki-laki lain dihadapan suami kecuali sifat diniyah yang ada pada laki-laki tersebut.
  8. Jangan engkau benarkan ucapan negatif dari orang lain tentang suamimu.
  9. Upayakan untuk tampil di depan suamimu dengan perbuatan yang disenanginya dan ucapan yang disenanginya pula.
  10. Berilah pengertian kepada suami anda agar dia menghormatimu dan saling menghormati dalam semua urusan.
  11. Anda harus selalu merasa senang berkunjung kepada kedua orang tuanya.
  12. Janganlah anda menampakkan kejemuan padanya, jika terjadi kekurangan materi Ingatlah bahwa apa yang ia berikan kepadamu sudah lebih dari cukup.
  13. Biasakanlah anda tertawa bila ia tertawa, menangis dan bersedih jika ia bersedih. Karena bersatunya perasaan akan melahirkan perasaan cinta kasih.
  14. Diam dan perhatikanlah jika ia berbicara.
  15. Janganlah banyak mengingatkan bahwa anda pernah meminta sesuatu kepadanya. Bahkan jangan diingatkan kecuali jika anda tahu bahwa ia mudah untuk diingatkan.
  16. Janganlah anda mengulangi kesalahan yang tidak disenangi oleh suami anda dan ia tidak suka melihatnya.
  17. Jangan lupa bila anda melihat suami anda shalat sunnah di rumah, hendaknya anda berdiri dan ikut shalat dibelakangnya. Jika ia membaca, hendaknya anda duduk mendengarkannya.
  18. Jangan berlebih-l;ebihan berbicara tentang angan-angan pribadi di depan suami, tetapi mintalah selalu agar ia menyebutkan keinginan pribadinya di depanmu.
  19. Janganlah mendahulukan pendapatmu dari pendapatnya pada setiap masalah, baik yang kecil maupun yang besar. Hendaklah cintamu kepadanya mendorong anda mendahulukan pendapatnya.
  20. Janganlah anada mengerjakan shaum sunnah kecuali dengan izinnya, dan jangan keluar rumah kecuali dengan sepengetahuannya.
  21. Jagalah rahasia yang disampaikan kepadamu dan janganlah menyebarkannya sekalipun kepada kedua orang tuanya.
  22. Hati-hati jangan sampai menyebut-nyebut bahwa anda lebih tinggi derajatnya dari derajat suami. Hal itu akan mengundang kebencian kepadamu.
  23. Jika salah satu dari orang tuanya sakit atau kerabatnya, maka anda punya kewajiban untuk menjenguk bersamanya.
  24. Sesuaikanlah peralatan rumah tangga anda dengan barang-barang yang disenangi suami anda.
  25. Jangan sampai anda meninggalkan rumah meskipun sedang bertengkar dengannya.
  26. Katakanlah kejemuan dan kebosananmu ketika ia sudah meninggalkan rumah.
  27. Terimalah udzurnya ketika ia membatalkan janjinya untuk keluar bersamamu, karena mungkin ia terpaksa memenuhi panggilan orang yang datang kepadanya.
  28. Hindari sifat cemburu, sesungguhnya cemburu adalah senjata penghancur.
  29. Janganlah mengabaikan pemimpinmu (suami) dengan alasan bahwa ia telah menjadi suamimu.
  30. Janganlah anda berbicara dengan sang suami, seakan-akan anda suci dan dia berdosa.
  31. Jagalah perasaannya, jangan gembira ketika dia sedang sedih dan jangan menangis ketika dia gembira.
  32. Perbanyaklah menyebut-nyebut keutamaan suami di hadapannya.
  33. Perlihatkan kepada suamimu bahwa anda turut merasakan apa yang dirasakan sang suami tatkala ia tidak berhasil mencapai maksud dan tujuannya.
  34. Perbaharuilah (tekad suami) ketika terjadi kegagalan.
  35. Jauhilah sifat dusta karena hal itu akan menyakitkannya.
  36. Ingatkanlah selalu pada suamimu bahwa anda tidak tahu (bagaimana nasib anda) seandainya anda tidak dipersunting olehnya.
  37. Ucapkanlah rasa syukur dan terima kasih pada waktu ia memberikan sesuatu kepadamu.

Diketik ulang dari: “Nasehat kepada para Muslimah”, bagian kedua, Fathi Majdi as-Sayyid. Penerjemah: Muzaidi Hasbullah, Lc,dkk. Penerbit: Pustaka Arafah, Cetakan I: April 01/Muharram 1422H, hal.66-70 oleh Ibnu Tumingan [ ibnu_tumingan@yahoo.com]This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it Fri Jul 27, 2001

sumber : http://sobat-muda.com/

Jumat, 20 Februari 2009

untitled

semuanya bukan kesalahanmu.
lalu mengapa aku menggugat.
ini memang salahku...
dan aku memang pantas untuk tidak dimaafkan.

Rabu, 18 Februari 2009

Filosofi Penjaga Gawang

Saya lumayan terinspirasi dengan tulisannya saudara Yudi di blog pribadinya bahwa ternyata menjadi seorang penjaga gawang (kiper) juga ada filosofinya. Saya pribadi memang suka sepakbola walaupun sekarang tidak terlalu sering mengikuti infonya apalagi setelah Chelsea sering kalah di laga domestik, rasanya tidak bersemangat lagi menonton Premier League.

1. Tidak perlu dikejar, tunggu saja...
Untuk beberapa kasus, kita tidak harus berusaha mengejar sesuatu didunia ini karena justru ketika tidak berusaha mengejarnya maka dia akan datang dengan sendirinya. Tidak perlu bersusah payah merebutnya, akan datang saatnya ia datang ke hadapan anda. Jadi, tenang saja...

2. Sendirian, tidak, sendirian...
Kita memang tidak pernah sendirian, akan ada teman-teman lain yang akan membantu, mendengar keluh kesah, dan menangis bersama kita. Kita memang tidak akan pernah sendiri. Tapi, memang disaat2 kritis, kita memang sendirian dan hanya kitalah yang mampu membuat keputusan.

3. Orang penting yang tidak populer
Tidak selalu bahwa 'terkenal' berarti 'penting'. tidak perlu terkenal untuk menjadi orang penting. tidak perlu tampang yang cakep, cantik, ganteng atau jago membuat sensasi untuk menjadi seseorang yang penting dan bisa diandalkan oleh seseorang disisi anda.

4. Kalau kebobolan, ya sudah...
Setelah berusaha sekuat tenaga dan pikiran, mungkin saja ternyata kita masih saja dikerjai seseorang dan kebobolan. Solusinya...lupakan saja!.
Jika kita tidak bisa melepaskan kejadian '"gol", maka habislah...
Jangan depresi lama-lama, jangan frustasi. Life must go on.

5. Dunia tidak sempurna, mungkin anda dikerjai...
Dunia memang tidak sempurna, mungkin kita dikerjai. Setelah semua yang kita lakukan, kita masih saja dikerjai keadaan.

sumber : http://yud1.csui04.net

Rabu, 11 Februari 2009

Datin PP & PL digusur BPK

Ruang data sekarang dijadikan sebagai basecamp tim auditor dari BPK. Mereka akan mengaudit keuangan Depkes khususnya Ditjen PP & PL dan menempati ruang data selama 2 bulan. Haaahhhh,,,ga suka, karena itu berarti ga bisa chatting, buka facebook dan FS lagi...uuupss!!!.
Jadi, mulai hari ini, Saya, Bu Tari dan Pak (Bang) Ronald mengungsi ke ruang PI lagi. Terpaksa...walaupun disana agak rame dan internetnya sering off.

Haaahhh,,,yang penting semangat walaupun sekarang udah ga punya ruangan lagi dan terpaksa harus bawa laptop sendiri.

Semangat...!!!

Selasa, 03 Februari 2009

Praktikum Kesehatan Masyarakat (Prakesmas)

Akhirnya semester 8 (yang sepertinya akan menyenangkan) datang juga. Di semester ini rata-rata angkatan 2005 di semua peminatan tinggal menyusun skripsi dan praktikum (magang). Kemarin kan dian sempat bercerita sedikit tentang penderitaan ketika mengurus ijin untuk magang :), alhamdulillah akhirnya dian mendapat tempat magang di Bagian Pengelola Informasi (Bag.PI), Direktorat Jenderal Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL), Depkes RI di Jl.Percetakan Negara No.29.

Bag.PI bertugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, penyajian data dan informasi serta evaluasi dan penyusunan laporan. Untuk dapat menjalankan tugas tersebut Bag. PI, Ditjen PP & PL mempunyai 3 subbagian yaitu subbag.program, subbag. evapor, dan subbag. data dan informasi.

Jujur aja, sampai hari ketiga ini, saya masih belum menetapkan apa yang ingin saya lakukan disini. Sebenarnya saya sudah membuat proposal penelitian (ouput mata kuliah Metode Penelitian Informatika Kesehatan semester kemarin), dengan topik pengembangan sistem informasi ISPA/Pneumonia untuk balita. Akan tetapi, karena menurut kasub. Data dan informasi (Bu Made) topik yang saya ambil tidak sejalan dengan apa yang dilakukan datin, maka beliau memberi tawaran untuk mengembangkan website PP & PL. Entahlah, rasanya bukan tidak mungkin hanya merasa ilmu saya belum cukup untuk mengembangkan web untuk PP & PL apalagi Pak Ronald, yang ngembangin, kayaknya cuek banget. Hari pertama disini juga ditugaskan untuk bikin program sistem informasi perpustakaan online untuk PI, Insya Alloh akan saya coba. Semangat!!!

Dilihat dari lingkungan kerja, disini emang nyaman banget. Orangnya baik-baik dan ramah-ramah (selama ini saya membayangkan orang-orang birokrat itu jutek dan judes). Selain itu, disini juga ada beberapa tenaga honorer yang masih sepantaran dengan saya jadi ga merasa "kesepian" banget.

Setiap harinya, dari Depok saya naik kereta dari Stasiun Pondok Cina dan turun di Stasiun Cikini. Kemudian dari Cikini naik kopaja sampai depan RS Carolus dan jalan sedikit ke arah jembatan penyebrangan depan halte kampus UI, dari sana naik JP 04. Kemarin, saya sedikit dikerjai para pencopet yangberoperasi di kereta. HP saya ilang. Gondok juga sih tapi ya sudahlah. Mungkin kedepannya saya harus lebih berhati-hati lagi.

Lanjut tentang Prakesmas, tujuannya agar mahasiswa memiliki pemahaman yang utuh dalam tentang kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat. selain itu juga, kita diharapkan dapat menerapkan ilmu biostatistik, informatika kesehatan dan manajemen informasi kesehatan serta ilmu-ilmu dibidang kesehatan masyarakat dalam melakukan pemecahan permasalahan di bidang kesehatan masyarakat dan melakukan intervensi langsung kepada masyarakat. Bobot mata kuliah ini 9 SKS (haaaa....muntah beneran deh). Untuk Prakesmas ini, pembimbing lapangan saya Pak Ade, Ka.subag data dan informasi yang baru. Bapaknya baik banget.

Mmmh...semoga prakesmasnya berjalan lancar dan tetap semangat menjalaninya. Aminn.

Minggu, 18 Januari 2009

Ngurus Magang (Menyebalkan dan Menyenangkan)

beberapa peristiwa "bersejarah" hari ini :

Tertabrak motor di depan Kantor Walikota Depok ketika nyari Kantor Dinas Kesehatan Kota Depok. Alhamdulillah kaki Saya cuma memar aja.

Nyampe di Dinkes, prosedur untuk magang ternyata ga bisa langsung di Dinas, harus menghubungi Kantor Kesbang dan Linmas. Akhirnya Saya harus ke Kesbang dan Linmas dulu yang terletak di Jl. Pemuda (No.nya lupa). Letaknya dari jalan utama ternyata lumayan jauh.

Setelah beberapa kali bertanya, akhirnya sampai juga di Kantor Kesbang dan Linmas yang sekarang berubah menjadi kantor pemakaman alias udah pindah. Kata seorang tukang becak yang mangkal disana, kantornya pindah ke Kota Kembang (Grand Depok City).

Naek angkot 05 ke GDC dari gerbang GDC ke Kesbang & Linmas naek ojek.

setelah nyampe di Kesbang & Linmas ternyata harus membuat surat pengantar dari Dinkes (intinya : di ping-pongin).

Dari Kesbang & Linmas menuju gerbang GDC, jalan selama 1 jam.

CAPEEEEKKKK....

Selasa, 13 Januari 2009

Alhamdulillah...perjuangan masih belum berakhir

Waktu memang berjalan begitu cepat dan semaunya. Tak terasa Aku seudah menjalani masa perkuliahan selama 7 semester. Memang ketika dijalani terasa berat, tapi ketika telah berlalu terasa bagai kilat. Cepat banget. Nilai semester 7 sudah keluar, alhamdulillah semester dengan perolehan IP paling tinggi dibandingkan semester-semester sebelumnya.

Beberapa hari lagi, memasuki semester 8. Siap-siap buat magang dan skripsi. Semangat!!!